Secangkir Kopi Inspirasi Oleh : Bustomi, SH.i., M.H

Abu Nawas dan Seekor Keledai

SahabatKu S1 Painan, apa kabar semua? semoga dalam keadaan sehat, selalu menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan. SahabatKu S1 Painan, Secangkir Kopi Inspirasi kali ini, saya akan mencoba menceritakan sebuah cerita Abu Nawas dan seekor keledai yang diajari membaca. Cerita Abu Nawas ini mengajari kita bahwa tidak boleh setiap individu meremehkan kemampuan orang lain karena bisa jadi itu akan mencelakakan diri kita sendiri. “Laa tahtaqir man dunaka wa likulli sain maziyah” artinya : Janganlah kamu menghina orang yang lebih rendah darimu karena segala sesuatu memiliki kelebihan.

Bahkan di dalam surat Al Hujarat ayat: 11 Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah seorang sekumpulan laki-laki merendahkan kumpulan orang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik”.

Biar lebih jelas cerita secangkit kopi inspirasi, silakan SahabatKu S1 Painan membacanya, selamat beraktivitas dan sukses selalu.

Suatu waktu ada Menteri iri hati, punya niat jahat dan ingin mencelakakan Abu Nawas, iri seorang Menteri karena faktor sang raja memberikan perhatian berlebihan kepada Abu Nawas. Tidak ada firasat sedikitpun di hati dan benak Abu Nawas bahwa dia akan mendapatkan seekor keledai, heran dan heran itu yang dirasakan Abu Nawas saat itu karena tidak ada angin tiba-tiba sang Menteri baik hati.

Menteri berujur pada Abu Nawas “hai Abu Nawas setelah engkau mendapatkan seekor keledai, maka ajari keledai itu membaca, maka setelah engkau urus dan ajari selama dua minggu setelah itu datang lagi ke aku”.

Tidak panjang lebar dan tidak berpikir lagi, tawaran sang Menteri diambil, walaupun hati kecilnya bertanya dan punya rasa cemas sambil berkata dalam hati “apakah aku bisa mengabulkan semua permintaan Menteri? bahkan Abu Nawas penasaran, apa sebetulnya tujuan sang Menteri memberikan seekor keledai untuk diajarkan membaca. “Jangan-jangan ini tipu muslihatnya untuk mencebak dan menghancurkan nama baikku di depan sang Raja dan masyarakat? gelisahan Abu Nawas dalam hati.

Waktu terus berjalan, rasa cemas menghantui dalam dirinya namun demikian Nawas tetap enjoy dan tidak menampakan kegelisihannya. Akhirnya waktu itupun tiba masa batas waktu untuk mengajari keledai selama dua pekan sudah habis dan Abu Nawas harus menghadap Menteri dan datang ke Istana. Sesampainya di Istana, Abu Nawas diajak masuk oleh Menteri dan menghadap Raja Harun Al Rasyid.

Menteri dan Abu Nawas sampai di depan Baginda Raja, sambil berucap Menteri bercakap ke Raja Haru Al Rasyid “Baginda Raja, perkenankan saya untuk memperlihatkan siapa saya sesungguhnya!!! Menteri pecaya diri karena dia akan memberikan kejutan kepada Raja”.

Baginda Raja bingung dengan sikap dan ucapan Menterinya, lalu berkara Raja “Ini sebetulnya ada apa? ada apa denganMu? dengan nada suara yang rada tinggi.

Dengan kepercayaan tinggi dan kelicikan Menteri dia berujar “Tenang Baginda Raja sambil meletakan tangan kanannya di dada, Menteri terus mencoba memberikan penjelasan sambil melanjutkan apa yang akan diutarakan dengan rasa amgkuh, hari ini Baginda Raja akan melihat secara langsung kecerdasan akalku yang sebenarnya, bahwa kecerdasan yang aku miliki selama ini melebihi kecerdasan yang dimiliki Abu Nawas”.

Abu Nawas yang ikut menghadap dan mendengar penjelasan Menteri merasa bingung, heran dan penasaran, sebetulnya apa maksud dari omongannya. Gumam Abu Nawas “ada niat buruk apa yang akan diperlihatkan Menteri kepada saya dihadapan Baginda Raja”.

Menengahi dua orang yang dikenalnya, Baginda Raja mengambil sikap dan keputusan memberikan sebuah tangtangan “baiklah, kalau seperti ini kondisinya, maka aku akan memberikan hadiah bagi siapa yang bisa menang dan akan menghukum bagi yang kalah dengan kurungan selama 3 bulan”.

Abu Nawas menyanggupi permainan yang dianggap aneh, belum selesai ia menerka permainan ini, dengan cepat dan tiba-tiba Menteri melihat dan menunjuk salah satu buku besar yang ada di ruang pertemuan.

Pinta Menteri kepada Abu Nawas “hai Abu Nawas coba kalau kau emang cerdas tunjukan bahwa keledai itu dapat membaca, bukankah engkau cerdas dalam semua hal? ujar Menteri.

Tanpa pikir panjang, Abu Nawas menggiring keledai ke tempat buku itu disimpan, sesampainya Abu Nawas mebuka sampul buku, keledai memandang buku itu, selat beberapa menit keledai mulai membuka lembaran buku satu persatu sampai halaman terakhir setelah tidak ada lembaran lagi yang dibuka, keledai menatap Abu Nawas.

“Demikian Baginda Raja dan Menteri, saya sudaah memperlihatkan keledai bagaimana dia membaca buku”. Mendengar penjelasan Abu Nawas sang Menteri kembali angkat bicara. “Abu Nawas saya mau bertanya, bagaimana caramu mengajari keledai membaca? Baik Menteri saya akan menjelaskan “Ketika engkau menyuruhku mengajari keledai membaca, saya bingung bagaimana binatang bisa membaca buku, dalam kondisi kebingunganku itu, aku punya cara, singkat cerita setelah sesampai di rumah, saya siapkan buku dan setiap buku saya taruh biji-biji gandum”. Jawab Abu Nawas kepada sang Menteri. Abu Nawas masih melanjutkan penejelasannya kenapa keledai bisa membaca? selama dua minggu saya terus latih seperti itu, agar keledai bisa membalik halaman hingga keledai terlatih benar untuk bisa membalik halaman buku.

Sang Menteri berkata kepada Abu Nawas “bukankah keledai tidak tau apa yang di abaca?.

Abu Nawas menimpali pertanyaan Menteri, “Memang demikian cara keledai membaca, dia cuma membalik-balik halaman tanpa tahu isinya,” jawab Abu Nawas enteng.Abu Nawas terus menjelaskan “Bila kita membuka-buka buku tanpa tahu isinya, kita disebut setolol keledai bukan?”.

Jawaban cerdik Abu Nawas tersebut mendapat anggukan setuju dari Baginda Raja Al Rasyid. Raja tahu, sepintar-pintarnya hewan, tak ada yang bisa sesempurna manusia. Hanya manusia bodoh saja yang tidak mau memakai akalnya buat berpikir.

Mendengar penjelasan Abu Nawas, sang menteri tersebut merasa kesal. Raja akhirnya memberikan hadiah berupa sekantung dinar kepada Abu Nawas, sedangkan menteri masuk penjara sesuai perjanjian yang sudah disepakati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *