SUMBER DAYA MANUSIA (Human Resources) Maritim FAKTOR PENENTU DALAM MEWUJUDKAN NEGARA MARITIM

Ditulis oleh , Dr.Muchsin Mansyur S.Pel ., SH.,MH.
Ketua Program Pascasarjana STIH PAINAN- Banten
Alumni AIP/PLAP/STIP Jakarta Anggota IKPPNI

Tulisan ini dipersembahkan untuk 100 Tahun Dies Natalis PIP Makassar, sebagai kebanggaan dan rasa bersyukur kemajuan dan pendewasaan Maritim Indonesia.

Sumber Daya Manusia/SDM (Human Resources) menjadi Tulang Punggung Kemajuan Suatu Negara.

Kekuatan SDM saat ini disadari mengalahkan Sumber Daya Alam (SDA) yg dimiliki suatu bangsa, dengan beberapa contoh Kemajuan yg dicapai berbagai bangsa sebagai bukti “tantangan dan jawaban” atas gap kehidupan yang dialami suatu bangsa, mereka lahir sebagai bangsa “pemenang” ,dan memaksa bangsa lain sebagai folowers.

Arab Saudi dan Venezuela yang sangat kaya akan Sumber Daya Alam dg sumber minyak, misalnya:

Index kesejahteraan dan daya saing bangsanya kalah/dibawah Singapura dan Taiwan yg tidak memiliki Sumber Daya Alam apapun, tetapi hanya memiliki Sumber Daya Manusia (Human Resources) yg Handal (Capable).

Persaingan di abad ini dalam dunia bisnis telah bergeser dg masing-masing negara sadar bahwa Sumber Daya Manusia/SDM merupakan tulang punggung perkembangan dan menjaga keberlangsungan suatu bangsa dan negara (berdaulat) apapun yg dimiliki sebagai pertahanan.

Demikanlah bahwa bahwa paradigma kemajuan suatu bangsa bukan lagi diukur seberapa banyak dan kaya akan sumber daya alam yg dimiliki suatu bangsa dan negara , tapi kemajuan teknologi dan keilmuan yang berkembang dan mengiringi bangsa tersebut dalam memanfaatkan SDA-nya dengan arif dan bijaksana (Dr.MM)

Dlm kancah Pendidikan, hal ini telah disadari oleh AS, Inggris, Jepang dan Australia dg memberikan Bea Siswa bagi bakat-bakat terbaik suatu bangsa utk menuntut Ilmu di negaranya dengan memberi dorongan dan kemudahan atas keunggulan yang dimiliki,

Dalam kalkulasi ekonomi, ternyata pemberian bea siswa itu sama sekali tdk merupakan kerugian bagi Negara Donor, dengan menjadikannya pengeluaran belanja negara yang terarah sebagai investasi bangsa dan negara.

Bahkan seringkali negara pemberi bea siswa mendapatkan multiplier effect dengan mendapatkan hasil riset dari bakat-bakat terbaik yg diberi donor.

Disebagian negara tidak sedikit upaya pemberian donor adalah sebagai alat menuju kemudahan mendapatkan hasil yang “dikehendaki” sebagai tolok ukur suatu negara dari hasil reset siswa penerima donor.

Demikian juga bahwa kemajuan dan perkembangan Maritim di negri yang kaya SDA dan luasnya lautan yang dimiliki Indonesia hampir luput dan terlupakan menciptakan pembaharuan yang sustain dan
novelty dalam keilmuan dengan diversity sebagai suatu kekayaan negri ini.

Para pelaut setelah kembali ke tanah air, hendaknya dia menjadi duta bagi negara dengan teknologi, sistem manajemen maupun hal-hal lainyg terkait dengan maritim guna pengembangan negara yaitu indonesia , untuk menuju pembangunan maritim yang berintegritas dan berkarakter budaya sebagai kekayaan yang bernilai tinggi bagi bangsa indonesia dengan latar kebaharian “nenek moyangku sang pelaut”

Simbiosis Mutualisme. Kebijakan memberi beasiswa pada anak bangsa , dengan perhatian yang memberi ruang untuk pengembangan pendidikan maritim adalah bentuk arah kebijakan negara menyikapi keunggulan kita sebagai negara kepulauan dengan bungkus anugerah laut yang luas , sudah menjadi suatu metode efektif untuk melihat kepentingan terkini dan terdepan sebagai episode pembangunan maritim yang berkelanjutan , tentang bagaimana memetakannkeunggulan yang berdampak ekonomi dan berdaulat .

Artinya se-unggul apa pun SDM kita (PPN) jika tidak ada perhatian dan saling mensupport , maka “laboratorium” field research pengalaman empiris para PPN tidak menjadi sebagai keunggulan values yang ditampung sebagai alat pengembangan maritim Indonesia kedepan.

Pembangunan maritim yang berlandaskan kemampuan SDM maritim unggulan akan sangat kecil melahirkan suatu produk “white elephant” dan kelak tidak menjadikannya menjadi “stereotipe”, jika landasan pembangunan berdasarkan integrasi nilai keunggulan yang ada dengan “politik hukum” terukur dan sustain.

Korea Selatan, Malaysia, Singapura melakukan dan terintegrasi dengan arah dan kebijakan langkah terukur Pemerintahnya , maka mutual yang didapat bisa kita lihat mereka jadi unggul atas mutual yang berjalan, sehingga kalimat diversity for unity adalah hal kecil jika perhatian pemerintah itu ada yang ditegaskan dalam garis besar “Haluan Negara”

Singapura tdk memiliki Sumber Daya Alam bahkan luas lautan yang dimilikinya sangat jauh dibanding luas yang dimiliki Indonesia , luas negaranya beda tipis dengan luas DKI Jakarta ,tapi memiliki Sumber Daya Manusia (Human Resources) yg Kapabel bahkan mengoperasikan suatu “kewenangan atributif” dalam UU Pelayaran kita dan ber operasi di wilayah kedaulatan kita.

Kekuatan Sumber Daya Manusia seperti Singapura mampu mengalahkan Kekuatan Sumber Daya Alam suatu negara, bahkan kita dijadikan Hinterland bagi Singapura dalam bisnis maritimnya.

Tantangan masa depan cuma bisa dijawab oleh kaum terpelajar (Intelektual) dan itu didukung oleh kemauan mereka utk berwiraswasta menjadi pahlawan bagi Keluarga & negara, kalimat diatas saya terjemahkan dari beberapa statement Ketua PIP Makassar Capt. Sukirno M.Mar.,M.M.Tr dalam kesempatan bincang dan isi pidatonya yaitu membangun taruna yang bukan hanya kapabel dalam pelayaran namun mampu menciptakan peluang dan mengembangkan bisnis dalam dunia pelayaran.

Jadi, memang budaya suatu bangsa yg membuat bangsa itu kuat melewati putaran jaman, dan langkah beliau dapat dilihat dari beberapa upaya dan terobosan dengan pemanfaatan tools yang ada untuk mewujudkan cita-cita taruna sebagai PPN unggul.

Utk membangun kompetensi Sumber Daya Manusia yg Kapabel, serta memiliki Integritas dan Karakter yg mumpuni dpt dilakukan melalui:

1. Ilmu- Pendidikan formal maupun informal (Pendidikan dan Pelatihan/Diklat, Seminar dll)

2. Skill

3. Diikat oleh Sistem Manajemen yg efektif, maka akan lebih maju sesuai dg kebutuhan jaman.

Sumber Daya Manusia atau Index Pembangunan Manusia/IPM atau Riset UNDP-United Nation Development Program

UNDP (United Nation Development Program),
Melakukan Riset untuk mengukur kualitas Sumber Daya Manusia suatu negara atau daerah adalah di bidang:

1. Pendidikan
2. Kesehatan (mental dan fisik)
3. Kesejahteraan Ekonomi (Pemerataan Pendapatan)

Kemudian di Klasifikasikan ke dalam:

1. Negara Maju,
2. Negara Berkembang, atau
3. Negara Terbelakang.
adalah ukuran negara kesejahteraan, sebagaimana prof Muchtar Kusumaatmadja memandang laut bukan hanya sebagai garis kedaulatan tapi kesejahteraan, dalam teorinya “Hukum Pembangunan”

Nilai IPM Indonesia untuk tahun 2019 adalah 0,718 yang menempatkan Indonesia pada kategori pembangunan manusia yang tinggi, menempatkannya pada 107 dari 189 negara dan wilayah. Pencapaian ini sejalan dengan tren peningkatan IPM Indonesia dari tahun 1990 hingga sekarang yang melonjak sebesar 37,3 persen.
Indonesia dalam 71,7 tahun mencatatkan kemajuan angka harapan hidup dari indeks sebelumnya yang mencapai 71,5 tahun. Selain itu, lama harapan bersekolah adalah 13,6 tahun — Indonesia telah mencatat peningkatan yang signifikan dalam indeks ini, menempatkannya pada tingkat yang sama dengan nilai rata-rata di Asia Timur dan Pasifik. PNB per kapita adalah (PPP) USD 11.459.

Berapa peran dan sumbangsih pendidikan maritim dan sebaran luas kontribusi pendidikan pelaut sebagai pengembang SDM ; input ,proses ,out put dan out comes .

Secara umum suatu negara bisa digolongkan sebagai negara kesejahteraan jika mempunyai empat pilar utamanya, yaitu
-social citizenship,
-full democracy,
-modern industrial relation systems, dan
– rights to education and the expansion of modern mass educations systems.

PIP Makassar sebagai lembaga pendidikan dan IKPPNI sebagai wadah profesional PPN (KTK/KALK ,Nautica dan Technica) melangkah melakukan lompatan jawaban atas kebutuhan dan arah menuju perubahan Paradigma tentang pelaut dan pendidikan pada kebutuhan industri maritim dalam menyikapi kontribusi ” PPN dan Negara Kesejahteraan ”

Dengan demikian Sumber Daya Manusia/SDM menjadi faktor dominan karena mempunyai Posisi yg amat strategis artinya unsur manusia memegang peranan penting dalam menjalankan atau mendinamisasikan Roda Organisasi (Lembaga/Institusi/Badan Usaha/Perusahaan) bahkan suatu negara.

(Dr.MM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *