MOMENTUM SUMPAH PEMUDA MENYATUKAN GENERASI MILENIAL TANPA HOAX
Bustomi, SH.I, MH
Kaprodi Sarjana Ilmu Hukum STIH Painan
“Cobalah dulu, baru cerita. Pahamilah dulu, baru menjawab. Pikirlah dulu, baru berkata. Dengarlah dulu, baru beri penilaian. Bekerjalah dulu, baru berharap”. ( Socrates)
Perubahan peradaban bangsa tidak lepas dari peran, fungsi pemuda dalam menggerakan gagasan pemikiran serta ide-ide memajukan Negeri, hal ini sudah tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia 93 silam tepatnya 28 Oktober 1928 ketika berkumpul elemen pemuda dari sudut-sudut wilayah Nusantara. Semangat patriot, kecintaan terhadap Negara diimplementasikan dengan berkumpulnya para pemikir, cendikiawan untuk membebaskan kerangka berpikir serta membebaskan kebebasan berpendapat dari jajahan kolonial baik penjajahan fisik mapun pemikiran.
Semangat berkumpul pemuda Indonesia dengan tujuan agar tidak bercerai berai, keinginan kuat untuk mempersatukan dalam kerangka kebhinekaan, satu warna, satu bahasa yaitu warna merah putih dan bahasa Indonesia sebagai identitas pemersatu bangsa, dimana pemuda ini berasal dari wilayah Indonesia yang dikenal dengan sebutan jong jawa, jong ambon, jong Celebes, jong batak, jong ambon, sumatranen bond, jong islamieten bond, pemuda kaum betawi serta PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), dan masih banyak daerah lain.
Potret semangat pemuda banyak dijadikan api semangat membangun, merubah wajah peradaban suatu bangsa karena sejarah memberikan pelajaran berharga bagi penerus bangsa ini, khususnya milenial sebagai generasi estapeta kepemimpinan masa depan, karena pemuda hari ini adalah pemimpin dimasa akan datang (Young today is leader tomorrow). Kiprah pemuda sebagai agen perubahan sudah selayaknya memberikan warna yang cerah, indah dan baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara serta turut serta menjaga keutuhan sebagaimana yang diwariskan pendahulu pendiri bangsa dalam mempersatukan pemuda.
Sudah selayaknya pemuda generasi milenial memberikan sumbangsi pemikiran di era digital, era reformasi dimana diberikan ruang kebebasan berpendapat dan berkumpul. Jangan sampai ruang kebebasan itu digunakan untuk memecah belah keutuhan bangsa dengan menggunakan seperangkat kecanggihan teknolog, jika penggunaan kecanggihan teknologi tidak difilter dengan tepat justru akan melahirkan bibit-bibit perpecahan seperti kondisi dan situasi Indonesia dewasa ini, satu sama lain memberikan show, mempertontonkan keretakan sesama anak bangsa, satu sama lain saling menghujat, mencaci maki yang banyak berseliwuran di media sosial. Maka kehadiran milenial ditunggu perannya dalam menanggulangi dan mencegah lebih luas disintegrasi dengan cara menangkal berita-berita bohong hoax yang tidak jelas sumber beritanya dengan cara mencari kebenaran “Tabayyun atau clarification”. Bukankah tiap-tiap tempat ada kata-kata yang tepat, dan pada setiap kata ada tempat yang tepat?. Sesungguhnya muara hancur keutuhan bangsa saat ini disebabkan tidak pandai dalam menyikapi info di media sosial, maka cara yang tepat pencegahan fenomena tersebut dengan pendekatan soft power (pencegahan) bukan dengan hard power (tindakan represif).
Saatnya generasi milenial mencatatkan namanya dalam sejarah serta menjadi bagian pelaku sejarah bangsa ini dengan mencegah hoax di era digital, bersatu padu merajut kembali keutuhan yang mulai bunyar, mulai menata dan mengukir prestasi di kancah dunia internasional, menurut Ilmu Perilaku Organisasi tindakan tersebut yaitu “ide ada proses dan timbal balik keuntungan “Input yaitu proses, output berbentuk outcome”. Atau kata lain “Siapa yang menanam pasti akan memetik”. Kata mutiara itu tepat untuk menggambarkan para pejuang yang tangguh dan gigih. Maka momentum sumpah pemuda kali ini dijadikan momentum bagi pemuda, elemen masyarakat untuk tidak lagi terkotak-kotak, mau berbesar hati melepaskan warna dan bendera yang berbeda menjadi satu bendera, satu bingkai dalam NKRI.
Semangat dan kegigihan generasi milenial dibutuhkan kehadirannya saat ini untuk menyongsong kebangkitan Indonesia, Bung Karno pernah berkata “berikan aku sepuluh pemuda, maka akan aku goncang dunia”. Senada dalam filosofi Arab yang berbunyi:
“Sesungguhnya di tangan pemuda harapan bangsa, di tangannyalah maju mundurnya suatu bangsa, jika pemuda itu maju maka maju pula bangsa namun jika pemuda itu mundur maka mundur pula bangsa”.